Selasa, 28 Agustus 2012

Berkali2 ku amati pria legam ini, kulit tangannya yg gelap terbakar mathari, telapak kakinya yg pecah melintasi jalan berkilometer, ia menghabiskan segalanya untuk kami, hanya untuk mimpi2 kami, hanya sedikit org seperti dia, berangkat setelah turun subuh, dan kembali setelah magrib dalam kerja keras yg tak terkira, karena dunia baginya mungkin hanya kadang tandus dan sapi2 lurus piaraannya , lalu ia rela tak menikmati cahaya dan malam tertidur sukar karena senat yg melekat dipundaknya, tak ada yg lebih menyenangkan hidupnya selain melihatku berdiri diantara org2 dalam prestasi yg tak kalah gemilang, ia tak pernah mengajarku perhitungan matrix, algoritma ataupun integral, karena ilmu hitungnya hanyalah penjumlahan bilangan asli dalam simbolisasi sapi2 dan usia benih padi, ia tak pernah mengajariku menulis karangan, karena akademi tertingginya hanya pada kenangan batu tulis, tak pula pengajariku grammar, sebab bahasa bukan ada pada susunan kata2, tapi pada asas penyampaian kata2, aku banyak belajar dari sedikitnya yg dia ajarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar